Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.
Contoh : "Di mana 'tempat kencing'nya?" dapat diganti dengan "Di mana 'kamar kecil'nya?". Kata "tempat kencing"(dalam bahasa sehari-hari biasa juga disebut WC) tidak cocok jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan. Kata "kamar kecil" dapat menggantikannya. Kata "kamar kecil" ini konotasinya lebih sopan daripada kata "tempat kencing". Jadi dalam eufemisme terjadi pergantian nilai rasa dalam percakapan dari kurang sopan menjadi lebih sopan.
contoh-contoh kalimat eufemisme
1. Anjing menjadi B1
2. Babi menjadi B2
3. Ketiak menjadi Catty
4. Penis menjadi Mr.P
5. Vagina menjadi Mrs.V
6. Mati menjadi Wafat (Sebutan orang meninggal)
7. Tidak tahu menjadi Kurang Tahu
Penjelasan eufemisme secara jelas
Apa itu eufemisme? Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005): "ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang
dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan,
misalnya meninggal dunia untuk mati". Definisi Webster (1991): "the
substitution of an agreeable or innoffensive expression for one that
may offend or suggest something unpleasant". Menurut kamus ini, kata
tersebut berasal dari Yunani Kuno euphemôs 'sounding good' atau 'enak
didengar'.
Menarik bahwa eufemisme sering jadi bahan ejekan, dicerca sebagai
cara bicara munafik. Betulkah? Eufemisme adalah bagian adat bahasa,
ada di semua kebudayaan, dan merupakan bagian tatakrama atau santun
bahasa dalam pergaulan antarpribadi, baik pada poros kekuasaan
(sosial, jabatan, usia) maupun solidaritas (khususnya dalam hubungan
tak dekat). Pada poros kekuasaan, jangankan seorang yang berada di
bawah, yang lebih berkuasa pun tak akan sembarangan berbicara kepada
yang di bawahnya. Dia merasa perlu memakai ungkapan eufemistis,
misalnya Kepala Biro kepada pegawai rendahan: "Saya ikut berduka atas
wafatnya orang tuamu, Man", alih-alih "Saya turut berduka atas
matinya orang tuamu, Man".
Saat dua orang bertetangga bertemu: "Gimana kabar Ibu?" Tentu saja
yang dimaksud dengan ibu di sini adalah istri. Kata ibu dianggap
lebih sopan dan menyenangkan daripada istri yang dianggap kurang
sopan. Saat mencari rumah kawan di kompleks perumahan, kita bertanya
dan dijawab "Kurang tahu" yang artinya 'tidak tahu'. Semua itu
eufemisme. Eufemisme adalah pemakaian bahasa untuk memberikan rasa
menyenangkan dan tidak menampar muka lawan bicara.
Jangan dikira eufemisme cuma dalam adat kita. Bahasa Inggris pun
punya sopan santun, misalnya, not very bright untuk stupid, to pass
away untuk dead.
Eufemisme dipakai berlandaskan prinsip saling menghargai. Jadi,
janganlah serta merta mencerca bahwa menggunakan ungkapan eufemistis
itu tindakan munafik. Saat ketua RT menemui anggotanya yang kaya, ia
tidak berkata: "Pak tolong kami diberi sumbangan untuk konsumsi yang
kerja bakti". Ia akan bilang: "Hari Minggu nanti ada kerja bakti, Pak
Sam. Anak-anak muda biasanya perlu makan dan minum." Pak Sam paham
Pak RT minta sumbangan dan tidak memandang Pak RT munafik. Komunikasi
sosial sangat memerlukan tatakrama berbahasa agar kehidupan sosial
tetap stabil. Dasarnya saling menghargai. Anggota masyarakat umumnya
memahami kerangka acuan penafsiran eufemisme.
Bagaimana dengan komunikasi politik? Eufemisme terkadang perlu untuk
menghindari ketakberterimaan dari sasaran komunikasi. Menarik sekali
untuk dikaji penggunaan ungkapan tertentu seperti penyesuaian harga-
harga untuk kenaikan harga-harga di masa Orde Baru. Namun, jangan
dikira di masa Reformasi gejala ini tidak terjadi. Ungkapan resmi
pemekaran kecamatan berarti 'pemecahan satu kecamatan menjadi dua'.
Akan tetapi, kata pemecahan (andaikan dipakai) tidak cocok dengan
kultur NKRI. Tentu saja kita tidak dilarang mengupas secara publik
sebuah pernyataan eufemistis. Ini urusan demokrasi dalam politik.
Yang perlu kita pahami: eufemisme adalah bagian dari hidup
bermasyarakat dan berkebudayaan berdasarkan prinsip saling
menghargai. Jadi, bukan penyakit.
Comments[ 0 ]
Posting Komentar