nah kan ketahuan kenyataannya sebenarnya.. gw kenal si A yang menjadi photographer dalam insiden ini. semua kegiatan sehari-hari, link fb, dll.. gw tau. gw kenal ini orang. makanya kemarin gw saranin ma anak-anak BP yg jauh lebih "asyik" membahas aksi dan identitas photographer (daripada perampoknya ) supaya tidak perlu meragukan dan membahas identitas photographer, demi keselamatan photographer jg. alasannya, media tau photographer-nya dan mereka yakin bahwa itu adalah rakyat sipil. yah.. yg gw dapat malah dibilang tukang karung, pramuka, dll masih yakin mereka kalo photographernya bagian dari perampok, atau dengan kata lain ini konspirasi utk mengalihkan isu dari sini, gw tau ternyata sebagian besar anak BP demen nonton detektif (analisa "kejauhan") dan sinetron (caci maki & cyberbullying) |
Untuk yang menganalisa foto-foto ini saya ucapkan terima kasih. Ada niat baik untuk menjaga kerahasiaan si fotografer. Tapi saya rasa ada kecerobohan dalam analisanya menyangkut jati diri si fotografernya sendiri. Jangan niatnya mau menyamarkan si fotografer, eh malah justru mengungkap sedikit dari jati dirinya. "Menurut keterangan Taufan, foto-foto tersebut dibuat oleh fotografer amatir dari lantai dua bangunan di seberang tempat kejadian. Demi menjaga keselamatan jiwa fotografer, maka kita sebut saja inisial A sebagai pengganti nama fotografernya. Selepas kejadian A berinisiatif memberikan foto-foto yang dibuatnya tersebut kepada media." Dari penjelasan di atas, si analis justru menjelaskan bahwa foto diambil dari gedung di depan CIMB Niaga, malah disebut-sebut lagi dari lantai dua. Saya kira ini bisa membahayakan si fotografer. Ingat, kalau kelompok perampok ingin membalas, mereka akan semakin mudah menemukan si fotografernya. Kedua, pemberian inisial sebagai pengganti nama si fotografernya. Bagaimana JIKA inisial A yang diberikan justru adalah inisial sebenarnya nama si fotografer? Baiknya dicari inisial lain, apa kek... Saya mau menambahkan saja, sejumlah pewarta foto di Kota Medan sudah tahu siapa yang menjepret foto-foto itu. Hanya saja, mereka mengambil sikap untuk menyembunyikan semampunya jati diri si fotografer semata-mata demi menjaga keselamatannya. Saya juga sudah melobi si fotografer untuk wawancara story bagaimana sebenarnya dia pada saat kejadian. Sedang di mana? Dan bagaimana dia bisa langsung menjepret foto-foto itu. Soalnya, berkembang opini yang menyudutkan si fotografer bahwa ada kemungkinan dia adalah bagian dari kejahatan itu sendiri. Sayangnya, si fotografer menolak dengan alasan keamanan diri dan keluarganya. Saya tidak bisa memaksa. Yang pasti, dia dalam keadaan kuatir sekarang ini. |
Comments[ 0 ]
Posting Komentar