Ini, juga berlaku bagi para karyawan yang bekerja di klub malam. Sebuah survey, yang dilakukan Lembaga Royal National Institute for Deaf People (RNID) asal London, Inggris. RNID menyebutkan, 90 persen partygoers, usia muda mengalami gangguan pendengaran.
Para responden yang mencapai 1.381 orang mengalami ketulian sementara sampai suara ‘mendengung’ di telinganya, setelah menghabiskan waktu semalam suntuk di pub, cafe, klub malam atau tempat ‘party’ lainnya, yang mengharuskan anda mesti berteriak-teriak histeris, saat bercakap-cakap. Bisa, anda bayangkan, seremnya!
Sekitar, seperempat responden mengaku kalo musik di tempat-tempat hiburan malam itu, terlalu riuh. Sehingga sepertiganya, merasa mengalami gangguan pendengaran yang cukup permanen. Menurut Chief Executive RNID, Dr. John Low, penelitian mereka menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda mengalami gangguan kerusakan pendengaran permanen tahap awal. “Dan, tidak tau bagaimana cara mencegahnya,” ia menegaskan.
Pemerintah Inggris, sebetulnya telah mengeluarkan peraturan khusus untuk melindungi para pekerja dan penikmat musik hingar-bingar dari gangguan kerusakan permanen. Aturan ini, sedianya akan mulai diterapkan pada April tahun mendatang.
Namun, John Low, punya pendapat lain, dia pesimistis dengan peraturan khusus itu. “Aturan ini, tidak cukup melindungi gangguan pendengaran yang akan dialami orang-orang yang berkecimpung dalam dunia entertainment,” alasannya.
Meski demikian, justru sebaliknya rasa optimis disampaikan oleh Kepala Kampanye RNID, Emma Harrison, dia optimis dengan aturan baru tersebut. “Paparan suara dalam desibel tinggi, jelas dapat merusak gangguan pendengaran seseorang. Saya yakin, aturan untuk memberi batas maksimal suara 85 desibel pada industri entertainment, mampu melindungi pekerja dan pelanggan,” ucapnya yakin.
Sebelumnya, batas suara maksimal yang diperkenankan Pemerintah Inggris dalam dunia entertainment, adalah 90 desibel. Harrison juga memberi masukan pentingnya menggunakan penyumbat telinga untuk melindungi pendengaran karyawan.
“Mereka terlindung dari paparan suara keras, tapi tetap dapat mendengar order dari pelanggan,” sebutnya.
Usul ini, menurut Emma Harrison, bukan upaya mengurangi kesenangan kerja, melainkan semata-mata demi keselamatan pekerja. Usul ini, ditolak mentah-mentah oleh Mark Hastings dari Asosiasi Bir dan Pub Inggris.
“Meminta pekerja kami menggunakan penyumbat telinga, adalah usul yang tidak logis,” ia menegaskan.
Hastings punya pendapat lain, ia mengusulkan adanya ruangan khusus yang cukup sunyi, sebagai tempat istirahat bagi karyawan.
Masih, mau coba berani datang ke klub malam. Hari-hati, jangan sampai setelah keluar dari tempat itu, malah anda masih tetap geleng-geleng kepala. Bukan, karena alunan musik, tapi karena anda tak mendengar apa yang dikatakan oleh teman anda, atau orang lain yang sedang bercakap-cakap dengan anda. Urusan bisa berabe, bukan!!
Untuk diketahui, kadar suara di kamar sunyi jika malam hari, bisa mencapai 20 desibel. Pembicaraan sehari-hari 60 desibel. Jalan raya yang tengah sibuk pun yakni mencapai 70 desibel. Pesawat lepas landas 110 desibel, dan peralatan musik pribadi 105 desibel.
Langkah Jitu Hindari Gangguan Pendengaran Saat Dugem. Berikut ini, tips langkah jitu untuk menghindari gangguan pendengaran ala Chief Executive RNID, Inggris, Dr. John Low bagi anda, para partygoers, musisi, DJ (Disk Jockey), dan para pekerja di dunia entertainment, diantaranya yaitu; ambil istirahat 5 menit setiap jam dari suara hingar-bingar karena kondisi ini memberi waktu istirahat bagi pendengaran anda, jauhi lokasi pengeras suara, ambil waktu istirahat secara teratur dari ruang dansa, gunakan penyumbat suara yang khusus digunakan di klub untuk mengurangi volume suara, dan bukan kualitas suara.
Sumber : http://berita21.com/2011/10/28/awas-%E2%80%98dugem%E2%80%99-bisa-bikin-anda-%E2%80%98bolot%E2%80%99/
Comments[ 0 ]
Posting Komentar